Sabtu, 01 Desember 2007

MENGENAL DAN MENCEGAH LUKA BAKAR PADA ANAK

Luka bakar merupakan bahaya yang potensil terjadi di setiap rumah tangga; banyak laporan menunjukkan, luka bakar oleh karena air panas/cairan panas adalah jenis yang paling sering terjadi pada anak. Bayi dan anak kecil lebih rentan terkena sebab rasa ingin tahu yang besar serta kulit mereka yang sangat sensitif. Luka bakar yang kecil biasanya dapat ditangani dengan aman di rumah, tapi luka bakar yang cukup luas tentu saja memerlukan perawatan medis. Yang penting ialah melakukan tindakan pencegahan sederhana di rumah.
Penyebab yang sering :
• terkena air panas, minyak panas dan uap panas
• kontak dengan benda panas (setrika, kompor)
• terkena bahan kimia (asam sulfat, bahan pemutih)
• sengatan listrik
• terpapar lama dengan sinar matahari.
Jenis luka bakar
Luka bakar dibagi menjadi 3 derajat tergantung seberapa hebat kerusakan pada kulit. Semua penyebab tersebut diatas, dapat menyebabkan ketiga derajat luka bakar. Akan tetapi yang menentukan bagaimana luka bakar diobati adalah jenis dan penyebabnya. Semua luka bakar harus segera ditangani untuk mengurangi suhu disekitar lokasi luka bakar serta mengurangi kerusakan kulit maupun jaringan sekitar bila luka bakar luas.
1. Luka bakar derajat satu : paling ringan, hanya mengenai lapisan kulit terluar. Kulit yang terkena terlihat kemerahan, nyeri, sedikit bengkak tapi tidak ada lepuh. Kulit menjadi berwarna putih jika ditekan. Luka bakar jenis ini sembuh dalam waktu 3 – 6 hari; lapisan kulit superfisial pada daerah yang terkena akan mengelupas dalam waktu 1 – 2 hari.
2. Luka bakar derajat dua : lebih berat, mengenai sampai lapisan kulit yang berikutnya. Terbentuk lepuh, nyeri lebih hebat dan kulit kemerahan serta, bisa nampak berwarna putih sampai merah ceri. Waktu sembuh bervariasi, sangat bergantung pada luasnya luka bakar.
3. Luka bakar derajat tiga : merupakan jenis yang paling berat dan mengenai seluruh lapisan kulit serta jaringan sekitarnya. Permukaan kulit bisa terlihat berlemak, keras dan kasar ataupun hangus. Karena terjadi kerusakan saraf maka pada awal biasanya tidak terasa nyeri atau sedikit nyeri. Waktu untuk penyembuhan sangat tergantung pada luasnya luka. Pada luka bakar derajat dua yang dalam dan derajat tiga (disebut full-thickness) biasanya memerlukan penanganan dokter spesialis bedah plastik untuk tranplantasi kulit dan dikenal sebagai „skin grafts“.
Apa yang harus dilakukan pada luka bakar :
1. Dapatkan segera pertolongan medis apabila :
• Diduga luka bakar derajat dua atau tiga
• Luka bakar luas walaupun nampak ringan; setiap luka bakar yang mengenai lebih dari 15 – 20 % luas permukaan tubuh harus segera mendapat pertolongan medik. Jangan menggunakan kompres basah karena akan membuat suhu tubuh anak menurun. Tutup daerah luka dengan kain/handuk yang bersih dan kering.
• Luka bakar oleh karena bahan kimia, api dan listrik
• Luka bakar di daerah wajah, kulit kepala, tangan, permukaan sendi serta alat kelamin.
• Luka bakar yang kelihatan terinfeksi (bengkak, bernanah, kemerahan yang bertambah atau garis kemerahan pada kulit didekat luka).
2. Untuk luka bakar derajat satu :
• Segera lepaskan pakaian yang menutupi daerah luka
• Alirkan air bersih (jangan air es) pada daerah yang terkena, jaga kebersihan dan daerah luka dikompres dingin (tapi jangan dengan es) sampai nyeri berkurang • Jangan olesi apapun termasuk mentega, minyak, serbuk obat pada luka
• Bila kulit yang terkena hanya sedikit, tutup saja dengan kasa steril
• Berikan sirup parasetamol atau ibuprofen untuk mengurangi sakit
3. Untuk luka bakar derajat dua dan tiga :
Segera hubungi UGD terdekat; dan sambil menunggu pertolongan, lakukan hal-hal berikut :
• Baringkan anak dengan daerah yang terkena agak ditinggikan
• Lakukan instruksi untuk luka bakar derajat satu
• Lepas semua perhiasan dan pakaian yang menutup luka kecuali pakaian yang melekat pada luka, kalau perlu dengan memotong/menggunting pakaian itu.
• Jangan memecahkan lepuhan yang terbentuk
• Taruh kasa steril basah diatas daerah luka
4. Untuk luka bakar listrik dan bahan kimia :
• Siram daerah yang terkena dengan air bersih mengalir selama 5 menit atau lebih. Jika yang terkena luas, gunakan penyiraman dengan pancuran air di kamar mandi (shower)
•Jangan melepaskan pakaian sebelum sebelum kulit disiram dengan air; sambil dilakukan penyiraman, pakaian pada daerah yang terkena dapat dilepas.
• Jika daerah yang terkena hanya kecil, siram selama 10 – 20 menit lalu tutup dengan kasa steril dan hubungan dokter anak anda.
• Luka bakar bahan kimia pada mata memerlukan evaluasi medik segera setelah dilakukan penyiraman dengan air. Walaupun luka bakar listrik dan bahan kimia mungkin tidak selalu terlihat tapi dapat berakibat serius sebab bisa menyebabkan kerusakan organ bagian dalam.
Simptom bisa bervariasi tergantung pada jenis dan berat serta penyebabnya. Jika anda mencurigai anak menelan bahan kimia atau benda berbahaya misalnya baterai arloji, segera hubungi UGD terdekat (kalau di AS yang dihubungi terdahulu adalah „poison control” yang konon sangat mudah dihubungi).
Pencegahan luka bakar Walaupun kita tidak mungkin mencegah sepenuhnya anak untuk bebas dari cidera, tetapi dengan sistim pencegahan yang sederhana, bisa mengurangi kemungkinan terjadinya luka bakar yang tidak perlu di rumah.
Tindakan umum
• Jauhi jangkauan anak dari korek api, bahan kimia, lilin dan sebagainya
• Semua „outlet“ listrik harus ada pengaman/penutupnya
• Kabel listrik/kabel alat lektronik yang nampak sudah tua jangan digunakan
• Jangan membawa air panas sambil mengendong anak.
• Pasang pengaman untuk air panas di kamar mandi
• Jangan biarkan anak anda sendiri di kamar mandi yang ada air panasnya.
( Rihi Here Wila – www.idai.or.id)

Selasa, 27 November 2007

Tantrum

Oleh Martina Rini S. Tasmin, SPsi.

Andi menangis, menjerit-jerit dan berguling-guling di lantai karena menuntut ibunya untuk membelikan mainan mobil-mobilan di sebuah hypermarket di Jakarta? Ibunya sudah berusaha membujuk Andi dan mengatakan bahwa sudah banyak mobil-mobilan di rumahnya. Namun Andi malah semakin menjadi-jadi. Ibunya menjadi serba salah, malu dan tidak berdaya menghadapi anaknya. Di satu sisi, ibunya tidak ingin membelikan mainan tersebut karena masih ada kebutuhan lain yang lebih mendesak. Namun disisi lain, kalau tidak dibelikan maka ia kuatir Andi akan menjerit-jerit semakin lama dan keras, sehingga menarik perhatian semua orang dan orang bisa saja menyangka dirinya adalah orangtua yang kejam. Ibunya menjadi bingung....., lalu akhirnya ia terpaksa membeli mainan yang diinginkan Andi. Benarkah tindakan sang Ibu?


Temper Tantrum

Kejadian di atas merupakan suatu kejadian yang disebut sebagai Temper Tantrums atau suatu luapan emosi yang meledak-ledak dan tidak terkontrol. Temper Tantrum (untuk selanjutnya disebut sebagai Tantrum) seringkali muncul pada anak usia 15 (lima belas) bulan sampai 6 (enam) tahun.

Tantrum biasanya terjadi pada anak yang aktif dengan energi berlimpah. Tantrum juga lebih mudah terjadi pada anak-anak yang dianggap "sulit", dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memiliki kebiasaan tidur, makan dan buang air besar tidak teratur.
2. Sulit menyukai situasi, makanan dan orang-orang baru.
3. Lambat beradaptasi terhadap perubahan.
4. Moodnya (suasana hati) lebih sering negatif.
5. Mudah terprovokasi, gampang merasa marah/kesal.
6. Sulit dialihkan perhatiannya.

Tantrum termanifestasi dalam berbagai perilaku. Di bawah ini adalah beberapa contoh perilaku Tantrum, menurut tingkatan usia:

1. Di bawah usia 3 tahun:

Menangis Menggigit Memukul
Menendang Menjerit Memekik-mekik Melengkungkan punggung Melempar badan ke lantai Memukul-mukulkan tangan Menahan nafas Membentur-benturkan kepala Melempar-lempar barang

2. Usia 3 - 4 tahun:

Perilaku-perilaku tersebut diatas Menghentak-hentakan kaki Berteriak-teriak Meninju Membanting pintu Mengkritik Merengek

3. Usia 5 tahun ke atas

Perilaku- perilaku tersebut pada 2 (dua) kategori usia di atas Memaki Menyumpah Memukul kakak/adik atau temannya Mengkritik diri sendiri Memecahkan barang dengan sengaja Mengancam

Faktor Penyebab

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Tantrum. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Terhalangnya keinginan anak mendapatkan sesuatu.
Setelah tidak berhasil meminta sesuatu dan tetap menginginkannya, anak mungkin saja memakai cara Tantrum untuk menekan orangtua agar mendapatkan yang ia inginkan, seperti pada contoh kasus di awal.

2. Ketidakmampuan anak mengungkapkan diri.
Anak-anak punya keterbatasan bahasa, ada saatnya ia ingin mengungkapkan sesuatu tapi tidak bisa, dan orangtuapun tidak bisa mengerti apa yang diinginkan. Kondisi ini dapat memicu anak menjadi frustrasi dan terungkap dalam bentuk Tantrum.

3. Tidak terpenuhinya kebutuhan.
Anak yang aktif membutuh ruang dan waktu yang cukup untuk selalu bergerak dan tidak bisa diam dalam waktu yang lama. Kalau suatu saat anak tersebut harus menempuh perjalanan panjang dengan mobil (dan berarti untuk waktu yang lama dia tidak bisa bergerak bebas), dia akan merasa stres. Salah satu kemungkinan cara pelepasan stresnya adalah Tantrum. Contoh lain: anak butuh kesempatan untuk mencoba kemampuan baru yang dimilikinya. Misalnya anak umur 3 tahun yang ingin mencoba makan sendiri, atau umur anak 4 tahun ingin mengambilkan minum yang memakai wadah gelas kaca, tapi tidak diperbolehkan oleh orangtua atau pengasuh. Maka untuk melampiaskan rasa marah atau kesal karena tidak diperbolehkan,ia memakai cara Tantrum agar diperbolehkan.

4. Pola asuh orangtua
Cara orangtua mengasuh anak juga berperan untuk menyebabkan Tantrum. Anak yang terlalu dimanjakan dan selalu mendapatkan apa yang diinginkan, bisa Tantrum ketika suatu kali permintaannya ditolak. Bagi anak yang terlalu dilindungi dan didominasi oleh orangtuanya, sekali waktu anak bisa jadi bereaksi menentang dominasi orangtua dengan perilaku Tantrum.Orangtua yang mengasuh secara tidak konsisten juga bisa menyebabkan anak Tantrum.Misalnya, orangtua yang tidak punya pola jelas kapan ingin melarang kapan ingin mengizinkan anak berbuat sesuatu dan orangtua yang seringkali mengancam untuk menghukum tapi tidak pernah menghukum. Anak akan dibingungkan oleh orangtua dan menjadi Tantrum ketika orangtua benar-benar menghukum. Atau pada ayah-ibu yang tidak sependapat satu sama lain, yang satu memperbolehkan anak, yang lain melarang. Anak bisa jadi akan Tantrum agar mendapatkan keinginannya dan persetujuan dari kedua orangtua.

5. Anak merasa lelah, lapar, atau dalam keadaan sakit.

6. Anak sedang stres (akibat tugas sekolah, dll) dan karena merasa tidak aman (insecure).

Tindakan

Dalam buku Tantrums Secret to Calming the Storm (La Forge: 1996) banyak ahli perkembangan anak menilai bahwa Tantrum adalah suatu perilaku yang masih tergolong normal yang merupakan bagian dari proses perkembangan, suatu periode dalam perkembangan fisik, kognitif dan emosi anak.Sebagai bagian dari proses perkembangan, episode Tantrum pasti berakhir. Beberapa hal positif yang bisa dilihat dari perilaku Tantrum adalah bahwa dengan Tantrum anak ingin menunjukkan independensinya, mengekpresikan individualitasnya, mengemukakan pendapatnya, mengeluarkan rasa marah dan frustrasi dan membuat orang dewasa mengerti kalau mereka bingung, lelah atau sakit. Namun demikian bukan berarti bahwa Tantrum sebaiknya harus dipuji dan disemangati (encourage). Jika orangtua membiarkan Tantrum berkuasa (dengan memperbolehkan anak mendapatkan yang diinginkannya setelah ia Tantrum, seperti ilustrasi di atas) atau bereaksi dengan hukuman-hukuman yang keras dan paksaan-paksaan, maka berarti orangtua sudah menyemangati dan memberi contoh pada anak untuk bertindak kasar dan agresif (padahal sebenarnya tentu orangtua tidak setuju dan tidak menginginkan hal tersebut). Dengan bertindak keliru dalam menyikapi Tantrum, orangtua juga menjadi kehilangan satu kesempatan baik untuk mengajarkan anak tentang bagaimana caranya bereaksi terhadap emosi-emosi yang normal (marah, frustrasi, takut, jengkel, dll) secara wajar dan bagaimana bertindak dengan cara yang tepat sehingga tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain ketika sedang merasakan emosi tersebut.

Pertanyaan sebagian besar orangtua adalah bagaimana cara terbaik dalam menyikapi anak yang mengalami Tantrum. Untuk menjawab pertanyaan tersebut kami mencoba untuk memberikan beberapa saran tentang tindakan-tindakan yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua untuk mengatasi hal tersebut. Tindakan-tindakan ini terbagi dalam 3 (tiga) bagian, yaitu:

1. Mencegah terjadinya Tantrum
2. Menangani Anak yang sedang mengalami Tantrum
3. Menangani anak pasca Tantrum

Pencegahan
Langkah pertama untuk mencegah terjadinya Tantrum adalah dengan mengenali kebiasaan-kebiasaan anak, dan mengetahui secara pasti pada kondisi-kondisi seperti apa muncul Tantrum pada si anak. Misalnya, kalau orangtua tahu bahwa anaknya merupakan anak yang aktif bergerak dan gampang stres jika terlalu lama diam dalam mobil di perjalanan yang cukup panjang. Maka supaya ia tidak Tantrum, orangtua perlu mengatur agar selama perjalanan diusahakan sering-sering beristirahat di jalan, untuk memberikan waktu bagi anak berlari-lari di luar mobil.

Tantrum juga dapat dipicu karena stres akibat tugas-tugas sekolah yang harus dikerjakan anak. Dalam hal ini mendampingi anak pada saat ia mengerjakan tugas-tugas dari sekolah (bukan membuatkan tugas-tugasnya lho!!!) dan mengajarkan hal-hal yang dianggap sulit, akan membantu mengurangi stres pada anak karena beban sekolah tersebut. Mendampingi anak bahkan tidak terbatas pada tugas-tugas sekolah, tapi juga pada permainan-permainan, sebaiknya anak pun didampingi orangtua, sehingga ketika ia mengalami kesulitan orangtua dapat membantu dengan memberikan petunjuk.

Langkah kedua dalam mencegah Tantrum adalah dengan melihat bagaimana cara orangtua mengasuh anaknya. Apakah anak terlalu dimanjakan? Apakah orangtua bertindak terlalu melindungi (over protective), dan terlalu suka melarang? Apakah kedua orangtua selalu seia-sekata dalam mengasuh anak? Apakah orangtua menunjukkan konsistensi dalam perkataan dan perbuatan?

Jika anda merasa terlalu memanjakan anak, terlalu melindungi dan seringkali melarang anak untuk melakukan aktivitas yang sebenarnya sangat dibutuhkan anak, jangan heran jika anak akan mudah tantrum jika kemauannya tidak dituruti. Konsistensi dan kesamaan persepsi dalam mengasuh anak juga sangat berperan. Jika ada ketidaksepakatan, orangtua sebaiknya jangan berdebat dan beragumentasi satu sama lain di depan anak, agar tidak menimbulkan kebingungan dan rasa tidak aman pada anak. Orangtua hendaknya menjaga agar anak selalu melihat bahwa orangtuanya selalu sepakat dan rukun.

Ketika Tantrum Terjadi

Jika Tantrum tidak bisa dicegah dan tetap terjadi, maka beberapa tindakan yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua adalah:

1. Memastikan segalanya aman. Jika Tantrum terjadi di muka umum, pindahkan anak ke tempat yang aman untuknya melampiaskan emosi. Selama Tantrum (di rumah maupun di luar rumah), jauhkan anak dari benda-benda, baik benda-benda yang membahayakan dirinya atau justru jika ia yang membahayakan keberadaan benda-benda tersebut. Atau jika selama Tantrum anak jadi menyakiti teman maupun orangtuanya sendiri, jauhkan anak dari temannya tersebut dan jauhkan diri Anda dari si anak.

2. Orangtua harus tetap tenang, berusaha menjaga emosinya sendiri agar tetap tenang. Jaga emosi jangan sampai memukul dan berteriak-teriak marah pada anak.

3. Tidak mengacuhkan Tantrum anak (ignore). Selama Tantrum berlangsung, sebaiknya tidak membujuk-bujuk, tidak berargumen, tidak memberikan nasihat-nasihat moral agar anak menghentikan Tantrumnya, karena anak toh tidak akan menanggapi/mendengarkan. Usaha menghentikan Tantrum seperti itu malah biasanya seperti menyiram bensin dalam api, anak akan semakin lama Tantrumnya dan meningkat intensitasnya. Yang terbaik adalah membiarkannya. Tantrum justru lebih cepat berakhir jika orangtua tidak berusaha menghentikannnya dengan bujuk rayu atau paksaan.

4. Jika perilaku Tantrum dari menit ke menit malahan bertambah buruk dan tidak selesai-selesai, selama anak tidak memukul-mukul Anda, peluk anak dengan rasa cinta. Tapi jika rasanya tidak bisa memeluk anak dengan cinta (karena Anda sendiri rasanya malu dan jengkel dengan kelakuan anak), minimal Anda duduk atau berdiri berada dekat dengannya. Selama melakukan hal inipun tidak perlu sambil menasihati atau complaint (dengan berkata: "kamu kok begitu sih nak, bikin mama-papa sedih"; "kamu kan sudah besar, jangan seperti anak kecil lagi dong"), kalau ingin mengatakan sesuatu, cukup misalnya dengan mengatakan "mama/papa sayang kamu", "mama ada di sini sampai kamu selesai". Yang penting di sini adalah memastikan bahwa anak merasa aman dan tahu bahwa rangtuanya ada dan tidak menolak (abandon) dia.

Ketika Tantrum Telah Berlalu

Saat Tantrum anak sudah berhenti, seberapapun parahnya ledakan emosi yang telah terjadi tersebut, janganlah diikuti dengan hukuman, nasihat-nasihat, teguran, maupun sindiran. Juga jangan diberikan hadiah apapun, dan anak tetap tidak boleh mendapatkan apa yang diinginkan (jika Tantrum terjadi karena menginginkan sesuatu). Dengan tetap tidak memberikan apa yang diinginkan si anak, orangtua akan terlihat konsisten dan anak akan belajar bahwa ia tidak bisa memanipulasi orangtuanya.

Berikanlah rasa cinta dan rasa aman Anda kepada anak. Ajak anak, membaca buku atau bermain sepeda bersama. Tunjukkan kepada anak, sekalipun ia telah berbuat salah, sebagai orangtua Anda tetap mengasihinya.

Setelah Tantrum berakhir, orangtua perlu mengevaluasi mengapa sampai terjadi Tantrum. Apakah benar-benar anak yang berbuat salah atau orangtua yang salah merespon perbuatan/keinginan anak? Atau karena anak merasa lelah, frustrasi, lapar, atau sakit? Berpikir ulang ini perlu, agar orangtua bisa mencegah Tantrum berikutnya.

Jika anak yang dianggap salah, orangtua perlu berpikir untuk mengajarkan kepada anak nilai-nilai atau cara-cara baru agar anak tidak mengulangi kesalahannya. Kalau memang ingin mengajar dan memberi nasihat, jangan dilakukan setelah Tantrum berakhir, tapi lakukanlah ketika keadaan sedang tenang dan nyaman bagi orangtua dan anak. Waktu yang tenang dan nyaman adalah ketika Tantrum belum dimulai, bahkan ketika tidak ada tanda-tanda akan terjadi Tantrum. Saat orangtua dan anak sedang gembira, tidak merasa frustrasi, lelah dan lapar merupakan saat yang ideal.

Dari uraian diatas dapat terlihat bahwa kalau orangtua memiliki anak yang "sulit" dan mudah menjadi Tantrum, tentu tidak adil jika dikatakan sepenuhnya kesalahan orangtua. Namun harus diakui bahwa orangtualah yang punya peranan untuk membimbing anak dalam mengatur emosinya dan mempermudah kehidupan anak agar Tantrum tidak terus-menerus meletup. Beberapa saran diatas mungkin dapat berguna bagi anda terutama bagi para ibu/ayah muda yang belum memiliki pengalaman mengasuh anak. Selamat membaca, semoga bermanfaat

Jumat, 23 November 2007

Panti Asuhan Balita butuh bantuan.


Teman2, mungkin ada yg mau membantu? Ada sebuah panti asuhan khusus BALITA yang sangat membutuhkan bantuan. Lokasi panti ini di daerah Cipayung Jakarta Timur.

Terdapat 59 orang anak BALITA disana (semua dibawah 5 tahun) diantara itu ada 17 orang bayi dibawah 1 thn dan ada 7 bayi yang berusia 1 bulan..!!!.. . Beberapa waktu lalu pengasuh panti baru saja menemukan bayi yang berusia satu minggu yang ditemukan di tong sampah (Katanya beritanya pernah disiarkan di BUSER).

Bayi malang tersebut kini kondisinya dalam keadaan sakit, agak demam dan sering menangis. Disamping bayi tsb ada bayi yang ibunya merupakan korban kekerasan (diperkosa oleh sekelompok orang sehingga sang ibu menjadi gila)...
Rekan-rekan ,..pengasuh panti sangat membutuhkan bantuan dalam bentuk susu formula (SGM 1), pampers, makanan bayi usia 4 bln keatas, Sabun Deterjent, pelembut/pewangi pakaian, Beras, gula pasir dan tentu saja uang tunai.
Selama ini mereka memperolah dana dari PEMDA yang tentu saja tidak pernah cukup untuk membiayai anak2 malangitu, Biaya untuk uang makan per anak/hari Rp 7500 dan ini seringkali sulit didapat.

Sayangnya Panti Asuhan ini tidak memiliki rekening Bank untuk penyaluran bantuan.
Sementara itu pihak RS pemerintah (dalam hal ini langganan mereka adalah RSUD Pasar Rebo) tidak memberikan keringanan apapun untuk biaya pengobatan. contohnya sewaktu sang bayi yang dibuang di tong itu (namanya Agus Prapto) sakit dan demam, pihak panti tidak bisa membawa ke RS karena tidak ada uang sama sekali. bersyukurlah pada hari itu ada seorang dermawan yang datang dan memberi uang sehingga Agus dapat segera dibawa berobat.
Rekan-rekan,.. Jika ada yang berniat menyalurkan bantuan silahkan datang ke Jl.Bina Marga No. 79 Cipayung Jakarta Timur, Phone (021) 844-5651 dgn Ibu Tarsih atau Ibu Budi.

(sesuai forward dari email sdri Shanty , shanty@gramediabooks.com )

Kamis, 22 November 2007

Breaking News : Anak Autis hilang


Mohon Bantuannya : Anak Autis Hilang

Telah hilang seorang ANAK AUTIS ,bernama GLENZ KANANDA
usia 10 Tahun dan memiliki KEMAMPUAN KOMUNIAKASI terbatas (Autis).
Hilang pada Hari Senin tanggal 19 November 2007 , Jam 13,00
di seputar Pondok Kelapa Kalimalang Jakarta Timur.

Adapun Ciri - ciri pada saat hilang :
1. Menggunakan Kaus Singlet Kuning, Celana pendek Krem
2. Rambut Ikal pendek
3. Dagu belah
4. Jalan agak JINJIT
5. Tinggi +/- 120 cm
6. Wajah Oval kulit putih

Telah dilaporkan ke Kapolsek Pondok Kelapa.
Bagi anda yang mengetahui keberadaan anak dengan ciri-ciri tersebut diatas dapat menghubungi:
AGUSTINA ( Ibu Glenz)
Jl Jaya Gas no 51 E
Pondok Kelapa Jakarta Timur
Telpon:081315075429

Mari kita bergandengan tangan untuk menemukan kembali Glenz dan mohon dukungan doanya. God bless you.

Rabu, 21 November 2007

MENGAPA ANAK-ANAK SAYA SELALU BERTENGKAR ?

Apakah semua kakak adik itu selalu bertengkar? Kenapa sih mereka selalu bertengkar? Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi frekuensi maupun intensitasnya....


Pada suatu sore, dua orang saudara kandung, Ana (6 tahun) dan Ani (4,5 tahun) sedang bertengkar memperebutkan sebuah boneka.
Ani (sambil menangis) : ''Mama..!! aku mau boneka yang lagi dipegang kakak..., aku ingin sekali main dengan boneka itu...!! (sambil menangis dengan keras)''
Ana : ''Mama..!!! adek ingin ambil bonekaku... aku ngga' mau nanti malah rusak ma..
Mama (lagi menghitung uang belanja) : ''Adek.. mainan mu kan banyak, main dengan boneka yang lain saja ya.., jangan nangis.. mama lagi pusing mikirin uang belanja yang pas-pasan ini..!!! (dengan suara keras).''
Ani : ''Adek cuma ingin boneka yang sekarang dipegang kakak, adek ngga mau main boneka adek, karena semua sudah jelek-jelek.. dan rusak..!! (sambil tetap menangis)''
Mama (dengan nada yang kesal) : ''Aduh..!! kalian kok bertengkar terus.. diam! diam!!! mama lagi pusing.., kakak..!! berikan boneka mu sama adek, masa dipinjam sebentar aja sama adek tidak boleh, sebagai kakak itu harus mengalah.. ayo berikan sekarang..!! (dengan suara yang keras dan mata yang melotot)''
Ilustrasi diatas, paling tidak cukup membawa kita mengingat kebelakang, adakah peristiwa diatas juga terjadi terhadap kita. Sebagai orang tua, kita merasa bahagia bila memiliki anak lebih dari 1 sebagaimana kata pepatah 'banyak anak banyak rezeki', namun kebahagiaan itu sering kali terusik oleh pertengkaran anak-anak yang tentu saja dapat menimbulkan stres tersendiri.

Kenapa sih mereka selalu bertengkar..? Apakah semua kakak adik itu selalu bertengkar..?
Sibling Rivalry adalah permusuhan dan kecemburuan antara saudara kandung yang menimbulkan ketegangan diantara mereka. Hal ini tak dapat disangkal bahwa perselisihan antar mereka akan selalu ada. Biasanya ini terjadi apabila masing-masing pihak berusaha untuk lebih unggul dari yang lain. Kemungkinan sibling rivalry akan semakin besar apabila mereka berjenis kelamin sama dan jarak usia keduanya cukup dekat.
Apa penyebab terjadinya Sibling rivalry ?
1. Anak-anak sangat bergantung akan cinta dan kasih sayang orang tuanya. Mereka merasa terancam apabila orang tua membaginya kepada orang lain. Hal ini sering terlihat saat ibu hamil, anak mulai menunjukan protesnya melalui perilaku yang 'sulit'.
2. Kecenderungan terhadap satu anak. Hal ini dapat menimbulkan perasaan kesal dan cemburu bagi anak yang lain dan anak yang lain akan merasa tersisihkan.
3. Bila seorang anak menyadari kekurangannya dari saudaranya yang lain. Terlebih apabila si anak berjenis kelamin sama dan jarak usia yang berdekatan, maka diam-diam anak akan mengembangkan rasa benci terhadap saudaranya tersebut. Biasanya ketika orang tua sering memuji kemampuan anak yang lain dihadapan anak yang memiliki kekurangan, tentu saja akan membuat anak yang ‘kekurangan’ menjadi minder dan merasa kurang diterima ditengah-tengah keluarga.
Apa yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya sibling rivalry? Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi frekuensi maupun intensitasnya.
1. Libatkan anak dalam mempersiapkan kelahiran adik. Pada saat hamil, libatkan anak untuk mempersiapkan kelahiran seperti ajak anak memilih pakaian ataupun perlengkapan bayi lainnya dan juga beritahukan bahwa adik barunya tidak akan merebut perhatian ibunya.
2. Beri setiap anak perhatian dan cinta yang khusus dan istimewa. Berikanlah perhatian yang khusus pada setiap anak, terutama bila anak tidak sepandai atau semenarik saudaranya, sehingga ia juga merasa dirinya istimewa.
3. Jangan membanding-bandingkan anak. Hindarkan perkataan ''kamu kok bandel banget, lihat adikmu, sudah pintar, penurut lagi, tidak seperti kamu.. mama kehabisan akal menghadapi kamu..!'' Ucapan ini tidak akan memotivasi anak namun justru perlahan-lahan menumbuhkan rasa cemburu dan kebencian terhadap saudaranya tersebut.
4. Jangan menjadikan anak sebagai pengasuh adiknya. Jangan paksa anak yang lebih tua sebagai pengasuh adiknya. Karena anak akan merasa terbebani dan mempengaruhi anak menjadi lebih dewasa dari waktunya.
5. Buatlah pembagian tugas rumah masing-masing anak.
6. Kembangkan dan ajarkan anak bersikap empati dan memperhatikan saudaranya yang lain. Bagaimanapun juga, persaingan antar saudara kandung (sibling rivalry) dalam keluarga tidak dapat dihindari. Namun, naluri keibuan, kasih sayang dan kepekaan anda sebagai orang tua akan sangat membantu meminimalkan perasaan cemburu dan permusuhan diantara mereka, sehingga akan timbul perasaan empati dan kesediaan sikap untuk berbagi dengan saudaranya yang lain. Tidak ada yang dapat membahagiakan kecuali senantiasa melewatkan waktu-waktu anda bersama senyuman lucu buah hati anda. (MELLY PUSPITASARI,PSI. / balita cerdas.com)

Selasa, 20 November 2007

Kesehatan gigi anak harus jadi perhatian orang tua

Kebersihan gigi dan mulut pada anak harus menjadi prioritas para orang tua di Indonesia, sebab dari kesehatan gigi dan mulut bisa menjadi acuan kesehatan secara menyeluruh pada diri anak itu sendiri.

Kesehatan gigi merupakan masalah yang tidak lepas dari penyebaran penyakit lainnya, misalnya jantung dan diabetes, sehingga dapat dikatakan penyakit gigi dapat menimbulkan penyakit baru. Oleh sebab itu sangat penting untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut.

Salah satu yang mudah dicermati adalah ketika pencernaan anak dirasakan terganggu, salah satu penyebabnya bisa disebabkan akibat dari proses menguyah makanannya juga tidak sempurna. Oleh sebab itu sebagai gerbang masuk dari badan kita, maka kita harus bisa menjaganya, sehingga prosesnya juga tidak terganggu,

Pemerintah menargetkan pada tahun 2010, 50 persen anak usia 5-6 tahun bebas penyakit gigi. Saat ini, karena kurangnya kesadaran untuk memelihara kesehatan gigi, hampir 90 persen anak-anak Indonesia usia 5-6 masih memiliki gigi yang tidak sehat.

Banyak hal yang bisa berdampak jika seseorang tidak menjaga kesehatan giginya diantaranya dapat membuat seseorang kehilangan kesempatan berharga, karena sampai saat ini untuk bisa masuk ke dalam beberapa pekerjaan seperti pilot dan tentara, masih menetapkan persyaratan kesehatan gigi.

Bagaimana dengan gigi putra-putri anda ? sudahkah anda menjaga kesehatan gigi mereka ? Marilah kita menjadi orang tua yang peduli pada kesehatan anak-anak kita, demi masa depan mereka yang lebih cerah.

Selamat Bergabung di Blog Anak-anak Indonesia


Hallo....apa kabar buat anda para orang tua, pemerhati anak maupun siapa saja yang memiliki perhatian yang besar terhadap kesejahteraan anak Indonesia, kini saya hadirkan Blog Anak-anak Indonesia yang akan memuat segala hal tentang permasalahan anak baik soal hak-hak anak yang perlu diperhatikan orang tua maupun permasalahan orang tua soal anak dan lain sebagainya seputar anak.

Blog ini saya buat sebagai bentuk kepedulian saya sebagai orang tua akan masa depan anak-anak Indonesia. Dari arahan dan bimbingan orang tualah seorang anak akan menjadi anak yang baik dan punya masa depan yang cerah.

Harapan saya dengan blog ini kita semua akan menjadi pribadi yang menyenangkan buat anak anak kita sendiri dan menjadi orang tua yang berwawasan dan menghormati hak-hak anak. Saya menunggu respon dan sharing anda untuk blog ini.


Regard

Ch Harry Krisnanto